HILANGNYA HATI NURANI SANG DOKTER
Kehidupan pecandu narkoba memang sulit untuk dipisahkan dengan yang namanya narkoba itu sendiri. Setiap hari yang ada dalam pikiran pecandu bagaimana untuk mendapatka narkoba, apaun jenisnya. Jika melihat prilaku penggunaan narkoba di Kota Medan khususnya jenis narkoba yang disuntikkan, sekitar tahun 1996 para pecandu narkoba jenis suntikan selalu menyuntikkan putaw/heroin. Zat ini yang selalu membuat mereka “gedoy”. Namun sekitar tahun 2004, muncul SUBUTEX sebagai substitusi agar pecandu narkoba suntik tidak lagi menyuntikkan putaw . Namun sampai akhir taun 2009, program untuk menggantikan putaw dengan subutex bisa dikatakan Gagal,hal ini dikarenakan Subutex yang harusnya digunakan secara sublingual ternyata juga disuntikkan oleh pecandu.
Pertanyaannya mengapa mereka bisa sampai menyuntikkan subutex? Bukannya seharusnya dokter yang memberikan layanan subutex melakukan terapi dengan memberikan subutex langsung dihadapan dokter untuk memastikan subutex digunakan dengan cara yang benar
Ternyata kenyataan dilapangan sangat jauh berbeda. Subutex dijual dengan sangat bebas oleh para oknum dokter tanpa pengawasan dan evaluasi yang ketat. Sebut saja dokter “N” di klinik “SB”. Dokter ini menjual subutex dengan bebasnya, bahkan juga dibarengi dengan penjualan Diazepam secara bebas pula. Walhasil para pecandu hanya menjadi sapi perahan bagi sang dokter untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan subutex dan diazepam tanpa mempertimbangkan unsur perawatan atau substitusi yang diharapkan.
Tidak juah berbeda dengan oknum dr. E di klinik “St”. Dokter ini juga melakukan praktik yang tidak kalah ngawurnya. Dokter ini menjual subutex, subuxon, diazepam , stesolid dan paldimex seperti jual kacang goreng. Tidak ada lagi nurani dari sang dokter untuk melakukan perawatan bagi si pecandu, Dengan menjual bebas subutex, subuxon dll hingga kerap terjadinya pasar gelap dari obat-obatan tersebut.
Ujung-ujungnya kembali lagi pecandu jadi korbannya, sang dokter hanya mementingkan unsur bisnis dan keuntungan yang tinggi, tidak ada lagi rasa niat untuk membantu pecandu dari kesakitannya.
Lantas apa bedanya dokter tsb dengan Bandar narkoba?
Sebenarnya sudah tidak ada bedanya antara Bandar narkoba dan dokter tersebut, hanya saja sang dokter dilengkapi dengan surat izin praktik, tapi praktiknya sendiri sama dengan Bandar narkoba bahkan lebih sadis dari Bandar narkoba.
Untunglah subutex dan subuxon sekarang katanya tidak beredar lagi, tapi apa mereka berhenti jual “obat”? Tidak ! dr E saat ini menjual 1 paket obat yang katanya bisa menggantikan subutex/subuxon yang terdiri dari :
• Kodein 4 btr,
• sizoril 1mg,
• tramadol kapsul 50mg 1 btr,
• 1 ampul paldimex 5/10ml
Sang dokter hanya berpesan manis, “tolong jangan disuntik ya obatnya” sembari memberikan obat tsb kepada pasien.
Dimana hati nuranimu sang dokter?
Chandra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar